The True Happy Ending


                             Sejak duduk di kelas dua SMA nama Ikeuchi Aya sudah menarik perhatianku. Berawal dari episode terakhir One Liter of Tears yang sempat ku lihat di salah satu stasiun tv swasta di Indonesia. Film itu terus saja ada dipikiranku terutama saat aku tahu bahwa kisah dari film itu diangkat dari sebuah kisah nyata. Aku merasa sangat bersyukur sekali saat seorang teman sesama penggemar film One Liter of Tears memberiku video kumpulan episode film itu. Aku kagum pada sosok gadis muda yang bersemangat menjalani hidupnya.
Dengan banyaknya ujian kehidupan yang ia alami, jatuh bangun  melawan penyakit yang ada dalam tubuhnya, dijauhi teman-teman sekelas karena dianggap merepotkan banyak orang dengan keadaan fisik yang semakin tak berdaya. Sudah begitu ia pun harus merasakan perihnya pindah sekolah dari sekolah favorit ke sekolah berkebutuhan khusus. Waktu itu usianya masih belasan, saat banyak remaja putri beramai-ramai mengisi hidup bersama teman-teman, melakukan banyak kegiatan untuk menunjang prestasinya, hari-hari Ikeuchi Aya hanya berteman dengan buku harian dan kursi roda. Namun Ia tetap memiliki keinginan besar, meski ia tahu apapun yang ia pikirkan tentang masa depan ia tak akan pernah bisa merengkuhnya.
            Gayatri Wailissa, sosok gadis muda lain yang aku kagumi. Ceritanya pun tak jauh berbeda dengan Ikeuchi Aya, ia begitu bersemangat menghadapi hidup. Itu semua terbukti dengan kemampuan berbahasanya. Dalam usia 18 tahun ia mampu menguasai 14 bahasa asing secara otodidak. Segudang prestasi pernah ia raih, sebagai duta Asean yang berprestasi dia telah berhasil menjadi salah satu teladan bagi semua orang. Tidak jelas pula apa yang menyebabkan meninggalnya gadis muda dengan segudang prestasi itu. Dari beberapa berita yang ku ikuti gayatri meninggal karena pendarahan di otak saat berolahraga. Bahkan dari sebuah surat kabar menyebutkan bahwa Gayatri meninggalkan sepucuk surat yang ia letakkan dibawah bantalnya. Pesan itu berisi tentang”waktu”, iya waktu sangatlah penting maka gunakanlah waktu dengan sebaik mungkin.
            Satu nama gadis muda lagi, Keke. Sungguh aku sendiri tidak tega menonoton filmnya. Berkali-kali harus meneteskan air mata. Sebuah perjuangan hidup yang tak mudah. Merasakan sakit yang menyatu dalam tubuh. Secara fisik ia rapuh dari hari ke hari, namun semangatnya terus menyala. Gadis lembut ini tak mengenal putus asa meski berkali-kali melalui perihnya kemoterapi. Ia harus rela masa mudanya tak seindah teman-temannya. Pertumbuhan badannya terganggu karena sel-sel baik dalam darah ikut ternetralisir oleh pengobatan yang ia jalani. Mungkin badannya tak sesegar teman-temannya. Namun semangatnya betul-betul luar biasa. Pada detik-detik akhir hidupnya ia tetap mengikuti ujian nasional dengan wajah yang pucat dan tak ada sehelai rambut pun di kepalanya. Tangan kananya sangat rapuh, tapi semangatnya berhasil menguatkannya. Bahkan di sela-sela mengerjakan soal ujian ia menyapu mimisan yang terus keluar dari hidungnya. Sampai pada akhir kisah hidupnya ia meninggal selepas mengikuti ujian nasional sekolah menengah pertama yang pada kemudian hari diketahui bahwa dia mendapatkan nilai tertinggi diantara teman-teman seangkatannya yang mengikuti ujian nasioanal.
            Mereka bertiga, Ikeuchi Aya, Gayatri dan Keke merupakan sosok yang dirindu dunia. Jiwa pantang menyerahnya, semangat hidupnya, prestasinya bahkan perjuangan hidupnya begitu menginspirasi. Saat anak-anak muda seusianya sibuk bermain-main dan melakukan banyak hal yang kurang bermanfaat. Mereka telah mengerti dan sangat memahami arti waktu. Waktu akan memenggal segala cita-cita. Waktu akan berbicara tentang awal dan akhir dari kehidupan. Mereka begitu paham bahwa dengan rentang waktu yang dimiliki bagaimanapun juga hidup harus berarti, harus bisa memberikan manfaat pada sesama. Mengisi setiap langkah hidup dalam kurun waktu yang diberikan oleh Tuhan untuk hal-hal yang baik bagi sesama. Menurutku inilah The True Happy Ending, akhir yang membahagiakan adalah saat kita telah mamapu memberikan kemanfaatan yang terbaik untuk semua orang dengan segala daya dan upaya yang kita miliki, hanya itu. Karena hidup tidak hanya melulu tentang apa yang telah kita dapatkan tapi lebih kepada apa yang telah kita berikan. Sejatinya manusia hanya dipinjami waktu, yang mana suatu saat nanti harus dikembalikan kepada Sang Pemilik waktu dengan pertanggungjawaban.
     

Comments