Sepotong Coklat dan Seribu Unta


Sore itu keponakanku Farra main kerumah. Usianya baru tiga tahun, baru lucu-lucunya kata orang. Beberapa hari sebelumnya dia  sempat cerita begini “bulek aku suka susu bulek. Pokoknya aku suka banget sama susu”, ah aku tahu maksudnya dia lagi pengen banget minum susu siap minum yang ada didalam lemari kaca. Langsung deh aku ambil satu botol kecil susu fermentasi rasa strawberry. Seketika wajahnya terlihat sangat bahagia heheheheh. Farra memang selalu begitu, expressive banget. Sekalinya ngambek atau bahagia pasti bisa ketahuan dari wajahnya yang imut. Nah sore itu dia beda banget, pas main kerumah dia nggak lagi nyebut-nyebut susu tapi coklat. Nggak tahu kenapa dia gampang banget bosen kalau main kerumah, paling cuma mampir bentar terus kalau sudah dikasi jajan langsung pulang. Dan benar saja waktu itu aku tanya ke dia, “Farra mau apa?” dia langsung jawab dengan bersemangat “coklat bulek, coklat coklat.....dua ya bulek”. Ya gitu, tepat sekali dengan prediksiku habis tak kasi 2 coklat dianya minta dianter pulang. Rumah Farra sama rumahku kan deket, jadi tinggal jalan kaki beberapa meter juga sampai. Kita lewat beberapa rumah dan salah satu rumah yang kita lewati adalah rumah mbah Jono, begitu Farra memanggilnya. Didepan rumah mbah Jono ada beberapa ayam yang tertahan didalam kandang anyaman berukuran besar. Sepertinya Farra memang tidak asing dengan pemandangan seperti ini. Tapi tetap saja mau berkali-kali lihat juga rasa penasarannya selalu saja muncul waktu lihat binatang, dia exicited banget kalau lihat kucing dan ayam. Aku sungguh tidak mengerti apa yang dipikirkannya. Sambil memakan coklatnya dia bilang”ah ayamnya mbah Jono tak kasi coklat ah”. “Lha emang ayam suka coklat” kataku. Aku benar-benar tak menduga jawaban yang akan keluar dari mulut mungilnya “Coklat kan enak bulek masak ayam nggak suka coklat yang enak sih”. Anak-anak selalu saja punya imajinasi yang sungguh tak bisa ditebak, kupikir ini hal yang baik meski memberi makan ayam dengan coklat adalah hal yang sia-sia karena ayam itu pasti tidak akan memakannya. Tapi poinya bukan disitu melainkan menumbuhkan semangat dalam diri anak kecil seperti Farra untuk mau berbagi dengan mahluk ciptaan Alloh SWT. Apalagi memberi hal yang paling disukai, bukankah jarang sekali orang-orang jaman sekarang yang mau memberi sesuatu yang sangat dia sukai untuk orang lain. Dan iya, Farra memotong sedikit coklat yang dia bawa lalu dimasukan melalui celah-celah anyaman kandang ayam yang terbuat dari bambu.
Cerita itu selalu saja ada dipikiranku dan aku jadi teringat dengan cerita tentang sahabat Rosul yaitu Usman Ibnu Affan Dzunnurain. Sahabat Rosul yang satu ini memang dikenal sebagai orang yang sangat pemalu, selain itu julukan dzunnurain yang berarti “dua cahaya” diberikan kepadanya karena dia pernah menikahi dua putri Rosulullah yaitu Umi Kaltsum dan Ruqqayah. Sebelum menikahi Umi Kaltsum beliau menikahi Ruqqayah terlebih dahulu dan setelah Ruqqayah meninggal barulah Rosulullah menikahkanya dengan Umi Kaltsum.
Karena sifat pemalunya ini beliau menjadi pribadi yang sangat dermawan dan penuh welas asih. Hingga suatu ketika pada masa khalifah Abubakar Ashidiq kaum muslimin dilanda paceklik yang dahsyat. Lalu kaum muslimin mendatangi khalifah Abubakar dan berkata “wahai khalifah Rosulullah, langit tidak menurunkan hujan,dan bumi kering tidak menumbuhkan tanaman, dan orang-orang meramalkan datangnya bencana, maka apa yang harus kita lakukan?”
Abubakar Ra menjawab,”Pergilah dan sabarlah. Aku berharap sebelum tiba malam hariAllah akan meringankan kesulitan kalian.”
Pada sore harinya di Syam ada sebuah khalifah yang terdiri dari seribu untayang mangangkut gandum, minyak dan kismis. Unta-unta itu kemudian berhenti didepan rumah Utsman dan mereka menurunkan muatan-muatannya. Tak lama kemudian para pedagang mendekatinya, pedagang-pedagang kaya itu bermaksud membeli barang-barang tersebut.
Lalu Ustman berkata pada mereka’dengan segala senang hati. Berapa banyak keuntungan yang akan kalian berikan?”
Mereka menjawab “dua kali lipat.”
Ustman menjawab, “wah sayang, sudah ada penawaran lebih.”
Para pedagang itu kemudian menawar empat sampai lima kali lipat, tetapi Ustman tetap menolak dengan alasan sudah ada penawar yang akan memberi lebih banyak.
Para pedagang menjadi penasaran, lalu berkata lagi kepada Utsman, “wahai Utsman, di Madinah tidak ada pedagang selain kami, dan tidak ada yang mendahului kami dalam penawaran. Siapa yang berani memberi lebih?” Utsman menjawab, Allah SWT memberi padaku sepuluh kali lipat, apakah kalian bisa memberi lebih dari itu?”
Mereka serempak menjawab ,“tidak!”
Utsman berkata lagi,”aku akan menjadikan Allah sebagai saksi bahwa seluruh yang dibawa khalifah itu adalah sodaqoh karena Allah, untuk fakir miskin dari kaum muslimin.”
Sore hari itu juga Utsman Ra membagi-bagikan seluruh makanan yang dibawa unta tadi kepada fakir dan miskin. Mereka semua mendapat bagian yang cukup untuk kebutuhan keluarganya masing-masing dalam jangka waktu yang lama.
Subhanallah keren sekali bukan, sosok seperti Utsman sangat jarang ditemui dijaman yang modern ini. Kalau pun ada I think s/he is only one in a million. Barangkali saat ini memang sulit ditemui pribadi-pribadi yang dermawan seperti Utsman tapi semoga generasi yangakan datang, generasinya Farra akan ada banyak sekali umat muslim yang memiliki banyak harta melimpah dan tak segan-segan untuk berbagi pada sesama dalam segala situasai. Semoga,

Sumber: 
'Aasyur, Abdullatif Ahmad.1991.10 Orang Dijamin ke Surga.Jakarta:Gema Insani

Comments