"Kuhapus Namamu Dengan NamaNya"


Sudah pernah membaca novel ini ? novel karya ustadz Taufiqurrahman yang berjudul “ Kuhapus namamu dengan namaNya” ini benar-benar telah berhasil menghentakkan batinku. Seperti apa jalan ceritanya, pasti sudah pada bisa menebak dengan hanya melihat judulnya saja tanpa harus membaca keseluruhan. 

Sama sepertiku saat pertama kali memegang novel itu. “ ah paling juga isinya tentang seseorang yang patah hati dengan pasangannya lalu efeknya melebar pada aspek kehidupannya yang lain, terus dia bertaubat dan kembali merapat, mendekatkan diri padaNya”, begitu kesan pertama yang ada dalam pikiranku beberapa detik setelah membolak balik bagian depan dan belakang cover buku itu. Dan aku tidak salah, setelah selesai menjelajah halaman demi halaman, kudapati inti pesan novel itu tidak jauh berbeda dengan kesan pertama yang kusimpulkan. Akan tetapi diluar semua itu, ada satu hal yang memang harus kita perhatikan sebagai manusia.” Kesombongan” itulah akar permasalahan yang mengawali kisah tragis dari kehidupan Naufal. Seorang lelaki muda, keren, pintar dan dikenal baik sebagai anak seorang kyai tersohor dari Wonosobo. Kehidupannya nyaris sempurna, tampang keren, otak encer banget, jabatan oke banget, tapi nasibnya kurang mujur karena setitik kesombongan yang perlahan namun pasti tumbuh berkembang membahana. Melebar, menjalar, mengikat jiwa yang tadinya segar akan keimanan lalu roboh hanya karena satu kesalahan. Kekayaan, ketampanan, kemapanan dan nikmat-nikmat lain yang dimiliki Naufal tidak lantas membuatnya semakin bertambah rasa syukurnya kepada sang pencipta. Semua itu berhasil membutakan mata hatinya, kesombongan itu muncul dan berkembang tanpa dia sadari. Menggerogoti keteguhan iman yang telah ditanamkan oleh Abi dan Umi. Minuman keras, seks bebas, dan kehidupan yang sungguh jauh tata karma itu menjadi hal yang biasa baginya. Awalnya coba-coba tapi lama-lama ketagihan juga, na’udzubillah. Kesombongan itu memang seperti virus komputer. Bentuknya kasat mata, awalnya mungkin sedikit tapi lama-lama bisa beranak pinak menyerang system yang paling fundamental. Bukan tidak mungkin komputer itu akhirnya akan mati, tak dapat digunakan lagi. Manusia memang harus waspada. Sedia antivirus yang paling handal untuk menangkal virus penyakit hati ynag satu ini agar tidak terlalu dalam tergelincir dalam gelapnya jalan kesesatan.
                Buku ini bercerita seolah-olah pembaca ikut terlibat didalamnya dan berhasil mempermainkan hati pembacanya. Bahasanya mudah dicerna sehingga membuat pembaca tidak ingin berhenti membacanya sebelum sampai pada halaman terakhir. Intinya novel ini bagus, hanya saja covernya terlihat tidak nyambung dengan isi dari novel itu. Setting novel ini hanya disekitar Jogja, Wonosobo dan Semarang tapi covernya tidak mengindikasikan bahwa settingnya berada di Indonesia akan tetapi lebih cenderung seperti novel yang berlatar di luar negeri. kemudian gambar laki-laki dan perempuan itu, mereka terlihat seperti orang Eropa bukan wajah orang Indonesia.  Walau begitu tidak ada salahnya untuk membaca novel ini, ambil hikmahnya agar kita berhati-hati dalam melalui setiap liku jalan hidup ini.

Comments